Sosialisasi Siaga Bencana
Seorang fasilitator sedang memberikan pelatihan simulasi siaga bencana jika terjadi gempa di SDN Bawuran, Bantul, Yogyakarta, belum lama ini. Dua puluh lima dari 33 provinsi di Indonesia ternyata berada di kawasan gempa. Masing-masing kawasan itu, terkepung beberapa lempengan tektonis, di antaranya lempeng Euro-Asia dan lempeng Australia-India. Kedua lempeng inilah yang menjadi pemicu bencana Tsunami Aceh (26/12/04), gempa Yogyakarta (27/05/06), tsunami selatan Jawa (17/07/06), dan gempa Selat Sunda (19/07/06).
Hal yang membuat miris adalah ternyata hampir semua kota besar di Pulau Jawa masuk dalam kategori rawan gempa, termasuk Jakarta. Walau tidak tercatat dalam zona bahaya, Jakarta tetap berpotensi terkena efek gempa. Hal ini karena Jakarta diapit oleh zona gempa Lampung, Banten, dan Sukabumi.
Menyadari tingginya kerentanan terhadap bencana, tidak ada pilihan lain bagi masyarakat Indonesia untuk bersiaga mengantisipasi terjadinya bencana. Minimnya pengetahuan untuk memulai gerakan siaga bencana yang lebih terlembaga dalam badan masyarakat adalah penyebab utama tingginya korban.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) melalui program pascabencana bagi anak-anak berinisiatif menyampaikan bantuan keilmuan bagi anak-anak agar dapat memahami proses alam yang mengubah dirinya itu. LIPI telah mengembangkan modul pendidikan pascabencana dengan muatan pembelajaran yang menyenangkan. Pengetahuan yang dijabarkan dalam panduan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan kembali kepercayaan diri, semangat serta potensi diri siswa khususnya siswa sekolah dasar dan menengah.
Volunteer LIPI yang terdiri dari mahasiswa- mahasiswi dari perguruan tinggi yaitu IISIP, BSI, UPI YAI, Trisakti, UI, AKP-LPI (Jakarta), IPB, Unisba serta UGM telah dilatih dan dipersiapkan untuk mengadakan Children Science Support, menyampaikan materi yang telah disesuaikan dengan kondisi anak-anak yang ada di daerah rawan bencana.
Kegiatan ini dilaksanakan beberapa waktu lalu di sejumlah tempat seperti di SDN Bawuran, SDN Pucung I dan II, SDN Jolosutro, SDN Kembangsongo, Yogyakarta, kemudian di komunitas masyarakat LPTP Prambanan, Dusun Pamotan Banguntapan, Dusun Sentulrejo Posko Parfi, Dusun Turi Desa Sumber Agung, Jetis, Bantul, Yogyakarta bekerja sama dengan UGM, LSM Bahari dan didukung oleh Walhi DIY Jateng.
LIPI juga menggelar sosialisasi pemahaman proses alam dan kesiapsiagaan bencana di SD Islam Al-Azhar I, Kebayoran, Jakarta Selatan. Kegiatan tersebut diikuti oleh siswa, guru, staf, dan perwakilan orang tua siswa. Sebelumnya uji coba, materi kesiapsiagaan bencana dilakukan di Sekolah Alam Ciliwung Wahana Komunitas Lingkungan Hidup Munggang, Condet, Jakarta Timur.
Materi sosialisasi dikemas tak hanya melalui teori atau ceramah, tetapi juga melalui simulasi siaga bencana. Siswa diberi pemahaman atau pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah gempa terjadi. Materi pemahaman serta games diberikan di hari pertama sedangkan pada hari kedua diadakan simulasi kesiapsiagaan bencana.
"Peran warga sekolah dalam kesiapsiagaan bencana dipraktikkan dalam empat fungsi siaga bencana yaitu peringatan dini, pertolongan pertama, evakuasi dan penyelamatan, serta tenda tungku lumbung atau logistik," kata Irina Rafliana dari Bidang Edukasi dan Komunikasi Masyarakat LIPI.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Sosialisasi Siaga Bencana"
Post a Comment